Mendidik Masyarakat tentang Black Lovers: Mengubah Mitos Burung Sial
RADARSOLO.COM – Burung ini memiliki suara yang melengking dengan durasi yang cukup lama. Tak sedikit yang mengasosiasikan suara burung lovebird sebagai pertanda buruk. Dari mitos tersebut, tidak ada yang berani mempertahankan kekasih.
Seiring berjalannya waktu, mitos tersebut mulai memudar. Salah satu pelopornya adalah DT Wibowo, seorang aktivis dan pelestari burung.
“Burung membawa kesialan, pertanda kematian, dan sederet anggapan buruk lainnya,” terang pria yang akrab disapa Om Bowo ini. Mitos yang dia temukan di media sosial sekitar lima tahun lalu tentang burung lovebird hitam membuatnya resah.
Apalagi ada anggapan di masyarakat bahwa bertemu burung dengan nama ilmiah Surniculus lugubris harus dimusnahkan, disembelih, bahkan dibakar. “Banyak yang percaya karena melihat di YouTube dan lainnya,” jelas Bowo kepada jawapos.com.
Berangkat dari kegelisahannya, akhirnya pria yang kerap menyelamatkan burung itu mencari black love melalui media sosial. “Daripada dibunuh, bawa ke saya. Uangnya nanti saya ganti,” katanya.
Awalnya, banyak yang tidak percaya. “Mereka disebut penipu,” kata Bowo. Hingga akhirnya datang seseorang ke Bowo membawa lada hitam. Sejak saat itu, ia merawat burung lovebird hitam yang masih anak ayam. Ia diberi makan dan dirawat hingga dewasa dan berubah bentuk. Yang dulu ada bercak putih menjadi hitam pekat.
Bowo mengatakan, di antara para maniak kicau, tidak sedikit yang menentangnya. Banyak yang khawatir jika suara burung hitam itu sampai ke burung lain akan jelek. Kacau.
“Suaranya tidak laku di kompetisi dan membunuh burung. Itulah yang dia katakan. Asumsi itu tidak bisa dipercaya,” katanya.
Banyak cibiran yang ditujukan padanya tidak mematahkan semangatnya. Justru tekad yang lebih kuat untuk bisa mencerdaskan masyarakat. Lambat laun ia membuktikan bahwa anggapan yang beredar hanyalah mitos belaka.
“Sebelumnya, dikatakan bahwa jika seseorang mendengar tangisan, seseorang akan mati. Jadi, jika dia tidak melanjutkan, seseorang akan mati setiap hari. Itu adalah mitos yang dibuat-buat. Ini hanya kebetulan saja,” katanya.
Selama dua sampai tiga tahun ia mendidik, kini masyarakat mulai melepaskan mitos-mitos yang melekat pada darah hitam. Bahkan tak sedikit yang terpikat dengan keunikannya. Banderol harganya cukup mahal. Sebagai perbandingan, jika anak yang cerdas harganya sekitar Rp 50.000, seekor anakan kedasih bisa bernilai Rp 100–150 ribu.
“Karena jarang, mulutnya berwarna oranye. Waktu kecil bulunya berbintik-bintik putih, ketika dewasa hitam pekat,” ujarnya.
Selain itu, pria kelahiran Blitar ini mengungkapkan burung tersebut tidak bisa dicari dan hanya bisa ditemukan. Mengapa demikian? Sebab, secara alami burung lovebird hitam tidak bisa membuat sarang sendiri. Dia harus menemukan inang untuk meninggalkan telurnya pada burung lain. Misalnya pada burung yang cerdik.
Tapi, dia tidak meninggalkannya begitu saja. Ibu bertanggal hitam akan mengamati terlebih dahulu. “Kalau dia menitipkan anaknya di sana, aman atau tidak. Kalau sudah yakin, baru dititipkan,” kata pria berusia 40 tahun itu.
Ibu kedasih terus memantau hingga anaknya bisa terbang. Karena pengamatan jeli induk kedasih, burung pemilik sarang asli tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang bukan anaknya.
Karena sudah disembelih berkali-kali sebelumnya, bagaimana populasinya saat ini? Pemilik channel YouTube BDB Channel Indonesia ini mengatakan belum banyak penelitian mengenai burung lovebird hitam.
“Lagi-lagi orang yang menemukan burung ini biasanya tidak sengaja. Yang bikin misterius, keberadaannya tidak bisa ditebak,” ujarnya.
Karena itu, daripada menyematkan cap jelek pada lovebird hitam, Bowo lebih memilih menyebutnya sebagai burung misterius. “Yang menemukan black love adalah orang-orang yang terpilih,” katanya. (jpg/wa)