besti69
besti69
besti69
besti69

Peluang dan Tantangan AI di Perguruan Tinggi

Oleh Munajat Tri Nugroho, ST, MT, Ph.D, selaku Kepala Biro Renbang UMS

TEKNOLOGI kini telah menjadi bagian penting dari perjalanan waktu, yang kehadirannya tidak bisa dihentikan. Teknologi tidak hanya mengubah gaya hidup manusia, tetapi juga cara kita bekerja, belajar, dan berinteraksi. Berbagai macam inovasi bermunculan setiap saat, membuat aktivitas dan pekerjaan kita semakin praktis dan efektif.

Salah satu teknologi yang akhir-akhir ini menarik perhatian adalah kecerdasan buatan (AI). Dengan berkembangnya teknologi kecerdasan buatan telah mempengaruhi banyak aspek kehidupan. Teknologi ini memiliki peran penting dalam mempermudah berbagai fungsi pekerjaan, termasuk dalam bidang pendidikan.

Istilah AI pertama kali diperkenalkan pada tahun 1956 oleh John McCharty dari Massachusetts Institute of Technology (MIT). Menurutnya, kecerdasan buatan adalah proses pemodelan pemikiran manusia dan merancang sebuah mesin agar dapat berperilaku seperti manusia atau dalam istilah lain disebut tugas kognitif. Begitulah cara mesin dapat belajar secara otomatis, dari data dan informasi yang telah diprogram.

AI diyakini dapat membantu manusia belajar lebih baik. Serta tercapainya tujuan pendidikan secara lebih efektif. Maka tidak heran, saat ini banyak sekali inovasi dan terobosan berbasis AI yang sedang dan akan diimplementasikan dalam mendukung proses pembelajaran. Agar lebih praktis dan efektif.

Aplikasi IOT, Big Data, AI, dan Block Chain dalam dunia pendidikan, memfasilitasi penyebaran informasi dan pengetahuan pada tingkat yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Keberadaan teknologi digital dapat mengganggu lembaga pendidikan tradisional. Untuk itu, Biro Perencanaan dan Pengembangan (Renbang) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mencoba menyelenggarakan seminar dengan menghadirkan Pendiri Dron Emprit Ismail Fahmi sebagai narasumber.

Tujuan dari seminar ini adalah sebagai berikut. Pertama, meningkatkan pemahaman civitas akademika UMS tentang pentingnya Block Chain dan AI dalam dunia pendidikan. Kedua, meningkatkan kesadaran civitas akademika tentang dampak disrupsi teknologi terhadap dunia pendidikan. Dampak yang diharapkan adalah munculnya strategi adopsi AI dan Block Chain untuk UMS. Serta adopsi konsep teknologi AI dan Block Chain dalam penyelenggaraan pendidikan di UMS.

Fungsi dan kegunaan AI dalam dunia pendidikan antara lain sebagai virtual mentor, smart content, dan global course. Sebagai mentor virtual, fungsi AI saat ini cukup banyak diterapkan di berbagai platform teknologi pendidikan. Terutama yang berbasis online yaitu sebagai mentor virtual.

AI dapat memberikan umpan balik dari kegiatan belajar siswa dan soal latihan. Kemudian berikan rekomendasi materi yang perlu dipelajari lagi, seperti guru atau tutor.

Kemudian konten cerdas. Ini adalah teknologi AI yang berfungsi untuk berbagi dan menemukan materi digital dan konten buku, yang telah diprogram secara virtual dengan lebih mudah dan cepat. Contoh umum penerapan teknologi ini dapat ditemukan di berbagai perpustakaan digital saat ini. Baik di sekolah, kampus, maupun perpustakaan umum.

AI dapat menemukan dan mengkategorikan buku yang Anda cari, dengan cepat dan terstruktur. Anda bahkan akan diberikan rekomendasi buku dan konten lainnya, yang relevan dengan apa yang Anda cari.

Sedangkan untuk ranah global, teknologi AI ini sudah cukup banyak diterapkan di bidang pendidikan. Sederhananya, dengan kursus global, pengguna atau siswa dapat mencari dan mengambil kursus online dari seluruh dunia. Platform kursus dapat merekomendasikan minat dan minat Anda, sesuai dengan kata kunci yang dimasukkan sebelumnya.

Ada berbagai kursus gratis dan terbuka yang bisa dicoba saat ini, dengan berbagai fitur dan konten yang menarik, interaktif, dan terstruktur. Ciri dari mata kuliah yang menggunakan teknologi AI adalah adanya fitur personalisasi yang memungkinkan Anda mendapatkan notifikasi tentang kemajuan mata kuliah, materi yang akan dipelajari, akumulasi tes, nilai total, rekomendasi mata kuliah yang relevan, dan berbagai fitur lainnya.

Namun yang harus digarisbawahi adalah bahwa teknologi akan selalu berfungsi sebagai alat. Tidak akan sepenuhnya menggantikan peran seorang guru. Misalnya terkait dengan aspek afektif dan moral, yang melibatkan perasaan dan psikologi. Tentu saja itu hanya bisa dilakukan oleh seorang guru.

Sehingga teknologi AI harus dimanfaatkan secara optimal, sesuai dengan kapasitas dan fungsinya. Namun di sisi lain, peran guru tetap harus diutamakan. Sehingga nilai-nilai humanis dan kasih sayang dalam sebuah proses pendidikan dapat terus langgeng dan terjaga. Sesuai dengan hakikat pendidikan itu sendiri, yaitu memanusiakan manusia.